Sabtu, 31 Desember 2011

FILSAFAT SEBAGAI ACUAN PENDIDIKAN SENI

FILSAFAT SEBAGAI ACUAN PENDIDIKAN SENI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Julia M.Pd.
Dosen Mata Kuliah Filsafat Pendidikan




 
UPI QYUU.jpg







Disusun Oleh :
Kelompok VIII
1.      Dhea Nurul Agustina        : 1003825
2.      Ida Nurlaila                       : 1003823
3.      Windi Utami                     : 1003828
4.      Susanti                              : 1003831



PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010
KATA PENGANTAR
Filsafat adalah usaha orang untuk memahami dunia dan hidup ini, sedangkan filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Maka dari itu filsafat pendidikan sangat perlu untuk dipahami terutama oleh para calon tenaga pendidik.
Pudji syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, bahwasanya berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini dijelaskan mengenai Filsafat Sebagai Acuan Pendidikan Seni.
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan ataupun penyusunannya masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini kami-pun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan pengorbanannya. Amin.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.


Sumedang, Desember 2010

Penyusun
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disaat zaman mulai bergeser yang tentu saja diikuti oleh pergeseran kebudayaan, kadang ada sedikit kegelisahan yang muncul jika kita mencoba berpikir mendalam dan refleksif. Akan banyak kita temui ketidakseimbangan dalam kehidupan saat ini, dimana kebanyakan orang berpikir serba praktis dan mengesampingkan nilai-nilai yang sebenarnya merupakan patokan atau tolak ukur sebuah kebenaran.
Ketidakseimbangan ini juga terjadi dalam bidang pendidikan, yang mana pada masa sekarang ini pendidikan cenderung mengarah pada pendidikan intelektual saja, tanpa adanya keseimbangan dengan pendidikan estetis. Disadari atau tidak, ketidakseimbangan ini sebenarnya sama dengan mereduksi kemampuan intuisi manusia yang sebenarnya harus seimbang dengan kemampuan logisnya, yang keduanya telah menjadi kodrat manusia. Ketidakseimbangan ini harus cepat kita sadari dan kita atasi demi tercapainya tujuan pendidikan yang hakiki yaitu menjadi manusia seutuhnya.
Seni sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia memang selalu berkembang diberbagai aspek yang melingkupinya, baik aspek-aspek di dalam seni itu sendiri maupun dalam pendidikan seni yang merupakan upaya sadar untuk mewariskan nilai-nilai dari generasi ke generasi. Dan sekolah sebagai pusat transformasi nilai-nilai tentunya berperan besar dalam mengemban amanat pendidikan yang merupakan upaya utama dalam membentuk generasi yang akan datang, yang diharapkan akan menjadi generasi yang unggul dan membawa perubahan positif di segala bidang.
Dalam perkembangannya senipun akhirnya bukan lagi sekedar sebuah kemampuan yang diajarkan turun temurun, tapi seni adalah sebuah alat untuk menyampaikan ilmu-ilmu lain yang diajarkan di sekolah-sekolah. Karena seni dapat memberi sebuah pengalaman rasa kepada peserta didik, dan pengalaman itulah yang akan merangsang kemampuan berpikirnya. Seni adalah sebuah disiplin yang unik karena dapat menyentuh ranah kognitif, afektif sekaligus psikomotor dalam diri peserta didik, dan hal ini tidak dapat kita temui dalam disiplin ilmu-ilmu lain yang diajarkan

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penyusun rumuskan di atas, maka kami dapat mengambil beberapa permasalahan. Diantaranya :
1.      Apa kaitan antara Filsafat dan Pendidikan Seni?
2.      Benarkah Filsafat merupakan acuan Pendidikan Seni?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang penyusun utarakan diatas, maka makalah ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui hubungan antara filsafat dengan seni
2.      Mengetahui kebenaran bahwa filsafat merupakan acuan pendidikan seni
1.4 Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
Filsafat
Pendidikan Seni
BAB III PEMBAHASAN
Hubungan Filsafat dan Pendidikan Seni
Filsafat Pendidikan Seni
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Filsafat dan Filsafat Pendidikan
Filsafat merupakan suatu ilmu yang mempelajari proses berpikir manusia dalam memecahkan segala permasaahan yang tidak dapat di selesaikan oleh ilmu pengetahuan.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukan kedalam sebuah proses dialektika.
Manfaat filsafat dalam kehidupan sehari-hari adalahsebagai dasar dalam bertindak, sebagai dasar dalam mengambil keputusan, untuk mengurangi salah faham dan konflik, dan untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
Sedangkan pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik fisik potensi cipta, rasa, maupun krasanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. DAsar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan untuk menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.


2.2 Pendidikan Seni
Disaat zaman mulai bergeser yang tentu saja diikuti oleh pergeseran kebudayaan, kadang ada sedikit kegelisahan yang muncul jika kita mencoba berpikir mendalam dan refleksif. Akan banyak kita temui ketidakseimbangan dalam kehidupan saat ini, dimana kebanyakan orang berpikir serba praktis dan mengesampingkan nilai-nilai yang sebenarnya merupakan patokan atau tolak ukur sebuah kebenaran.
Seni sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia memang selalu berkembang diberbagai aspek yang melingkupinya, baik aspek-aspek di dalam seni itu sendiri maupun dalam pendidikan seni yang merupakan upaya sadar untuk mewariskan nilai-nilai dari generasi ke generasi. Dan sekolah sebagai pusat transformasi nilai-nilai tentunya berperan besar dalam mengemban amanat pendidikan yang merupakan upaya utama dalam membentuk generasi yang akan datang, yang diharapkan akan menjadi generasi yang unggul dan membawa perubahan positif di segala bidang.
Seni sebaiknya dipandang dalam perumusan konsep pendidikan dengan cara sebagai berikut :
1.      Seni sebagai dasar pengalaman, yaitu penanaman nilai-nilai yang bersifat universal, dan kekal, sehingga akan terus menjadi salah satu sumber dalam pencarian kebenaran sepanjang hayat.
2.      Seni sebagai sebuah lahan penciptaan, yaitu sebagai tenpat menggali potensi dan eksplorasi kemampuan-kemampuan yang didapat dari pengalaman-pengalaman lain sehingga seni itu sendiri dapat menjadi kaya akan nilai dan menjadi lebih dinamis.
3.      Seni sebagai media aktualisasi diri, yaitu tempat bagi setiap peserta didik bereksistensi, selanjutnya dapat emandang dirinya dengan refleksi dari hasil-hasil yang telah dicapainya.
Dengan cara pandang seperti itu, maka didapatlah kesimpulan bahwa pendidikan seni merupakan sebuah pondasi yang sangat penting bagi bangunan pendidikan, sehingga seni dapat menopang segala beban perubahan dan pergeseran yang tidak dapat dihindarkan dari berjalannya sebuah era. Pendidikan seni akan terus menyesuaikan diri dengan perubahan sekaligus mewarnainya.
Orang sering menekankan pentingnya pendidikan seni dengan berfokus pada gagasan bahwa seni membuat orang lebih kreatif dan tanggap. Program seni lengkap memungkinkan setiap siswa untuk meningkatkan sikap positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan melalui pengalaman kreatif. Pemecahan masalah dan kreatif belajar mendorong siswa untuk terhubung pada pengetahuan visual untuk mata pelajaran lain dan untuk merespon dengan inovasi, fleksibilitas pemahaman dan imajinasi.
Pendidikan dalam seni merangsang imajinasi, mengembangkan harga diri dan mendorong keterbukaan terhadap pendapat orang lain. Art menawarkan kesempatan kepada siswa yang tidak tersedia melalui mata pelajaran lainnya saja. Seni tersambung ke setiap subjek dalam kurikulum sekolah dan dengan interkoneksi program seni multidisiplin, siswa tidak hanya menguntungkan dari struktur masing-masing kelas, tetapi juga dari keanekaragaman mereka. Program seni tidak bisa berdiri sendiri. Integrasi antara setiap subjek diperlukan. Sebuah pendidikan seni lengkap tidak hanya terjadi di ruang kelas. Keterlibatan antara mahasiswa, administrasi, dan masyarakat, dicampur dengan sejarah seni dan budaya visual, membuat seluruh program seni menjadi lengkap.
Tujuannya adalah untuk mengajar siswa bahwa tidak ada cara yang tepat untuk menciptakan seni, yang kadang-kadang ada hambatan yang mungkin mereka butuhkan untuk di atasi, dan yang mengatasi ambiguitas, menyatakan pendapat dan pada waktu membela keputusan semua elemen penting yang diperlukan oleh seniman. Ditantang oleh kritik masa lalu atau reaksi negatif terhadap karya mereka, beberapa siswa mungkin memiliki masalah dengan ketakutan, kurangnya kepercayaan diri, atau perasaan tidak aman ketika datang untuk membuat seni. Kita harus menanamkan dalam diri murid-murid kita bahwa seni adalah pribadi, individu, dan dapat menciptakan reaksi yang berbeda dari yang diharapkan, tetapi untuk memahami bahwa reaksi apapun lebih baik dari padatidakadareaksi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kaitan Filsafat Dan Pendidikan Seni
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupkan ekpresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa jiwa tersebut berkembang menjadi bagain dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran.
Keduannya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga muncul sifat-sifat keindahan dalam pandangan manusia secara umum itulah sebagai karya seni. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adlah hawa nafsu bukan akal budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.
Seni sebenanrnya tidak jauh berbeda dengan agama, dan ilmu yang sama-sama mengemban wacana-wacana kearifan universal seperti keindahan, kebaikan dan kebenaran. Kesenian yang menyuarakan nilai-nilai ketuhanan itu laksana seruan mulut para nabi dan rosul yang menbawa manusia ke jalan keindahan hidup, kebenaran, kedamaian, keselamatan dan kebaikan bagi seluruh alam.


3.2 Filsafat Pendidikan Seni
Pendidikan Seni merupakan dasar untuk persepsi individu dan pemahaman tentang dunia di mana kita hidup. Kreatif belajar memungkinkan siswa untuk menafsirkan persepsi dalam bentuk visual. Pendidikan Seni mengajarkan siswa untuk menghormati dan menghargai interpretasi mereka sendiri dan orang lain. Program seni sekuensial mengembangkan keterampilan dasar, mendorong kesadaran visual dan sangat penting bagi pertumbuhan intelektual dan kreatif ekspresi diri.
Program seni pendidikan seimbang dan sekuensial menumbuhkan persepsi mahasiswa dari kedua dunia mereka nyata dan dibayangkan. Melalui program kerja terstruktur yang meliputi pengetahuan tentang seniman, prinsip-prinsip kritik seni dan mendidik siswa akan terkena budaya di seluruh dunia.
Program seni memungkinkan setiap siswa untuk mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan melalui pengalaman kreatif. Pemecahan masalah belajar dan kreatif mendorong siswa untuk berhubungan pengetahuan visual untuk mata pelajaran inti lain dan untuk merespon dengan orisinalitas, fleksibilitas apresiasi, dan imajinasi.
Penggunaan dan aplikasi keterampilan, proses dan media mendorong ekspresi diri, pertumbuhan kreatif, penemuan, dan realisasi ide.
Penilaian dilakukan pada prestasi individu yang berkaitan dengan masing-masing siswa pada tahap pertumbuhan dan pembangunan. Program seni adalah sebuah pengetahuan yang memungkinkan sekuensial dan kumulatif, penilaian estetika, keterampilan dan kemampuan untuk memperkuat. Komitmen untuk program ini sangat penting untuk perkembangan setiap siswa sebagai warga negara yang baik, kreatif dan produktif.
Tujuan pendidikan seni di Sekolah untuk membantu setiap murid sepenuhnya memperpanjang kemampuan nya untuk:
1.      Memahami dan mengerti hubungan antar elemen dan prinsip-prinsip desain seperti yang ditampilkan dalam lingkungan alam dan buatan manusia, karena mereka mempengaruhi citra mental, dan saat mereka muncul dalam karya seni.
2.      Mengembangkan minat dan apresiasi seni visual melalui studi tentang budaya dan periode historis di mana mereka diciptakan
3.      Mengembangkan pengetahuan kerja bahasa seni dan pemahaman tentang hubungan antara seni visual untuk bidang pengetahuan lainnya.
4.      Berpikir dan bertindak kreatif dengan memecahkan masalah dan dengan menanggapi dengan orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan imajinasi.
5.      Mengembangkan keterampilan teknis untuk menggunakan medium seni sebagai alat ekspresi pribadi dan komunikasi.
6.      Membuat penilaian estetika terhadap lingkungan, karya seni, dan manusia lainnya buatan bentuk objek.


BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah penyusun paparsajikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Filsafat merupakan landasan Pendidikan Seni. Tak hanya seni, namun juga ilmu-ilmu yang lainnya. Filsafat mampu menyelesaikan segala permasalah dalam dunia seni. Karena pada hakikatnya seni hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupkan ekpresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa jiwa tersebut berkembang menjadi bagain dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Begitu pula dengan filsafat, dimana tujuan akhir dari filsafat itu adalah untuk mencari kebenaran. Dan realitas ini mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai kaitan antara filsafat dan seni.



DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, J. (2000). Dekati: Sebuah filosofi intim seni:. New York Farrar, Straus dan Giroux.
Feldman, E. (1996) NJ. Filsafat seni: pendidikan. Upper Saddle River, Prentice Hall.
Graeme, CF (1996):. Merayakan pluralisme seni, pendidikan, dan keanekaragaman budaya:. Santa Monica, CA Getty Center for Education in the Arts. Pusat Pendidikan Seni.
Hurwitz, A. (2001). Anak-anak dan seni mereka: Metode untuk sekolah dasar:. Fort Worth Harcourt College Publishers.    
Irmayanti Meliono, dkk.2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. hal 1
Walker, SR (2001) MA. Pengajaran makna dalam: artmaking. Worcester, Davis Publications, Inc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar