Kamis, 15 Desember 2011

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR


A.       Hakikat Bimbingan dan Konseling
Bimbingan merupakan sebuah layanan yang diberikan kepada klien dalam rangka memberikan bantuan guna meringankan permasalahan yang dihadapi klien dengan cara pemberian bimbingan secara berkelanjutan. Pendapat ini berkaitan dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Supriadi dalam Setiawati dan Chudari, (2007:3) ia menyatakan bahwa:
Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh konselor/pembimbing kepada klien agar dapat: 1) Memahami dirinya, 2) mengarahkan dirinya, 3) memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, 4) menyesuaikan diri denga lingkungannya (keluarga, sekolah,masyarakat), 5) mengambil manfaat dari peluang-peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan potensi-potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan bagi mayarakatnya.

Sedangkan konseling diartikan sebagai ‘kegiatan pengungkapan fakta atau data tentang siswa, serta pengaraan kepada siswa untuk dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang diadapinya’ Frank Son (Depdiknas, 2003:4). Dari definisi-definisi tersebut maka kita dapat menyimpulkan bahwa kegiatan bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang perlu diberdayakan diberbagai kalangan dan lingkungan teutama di lingkungan pendidikan (sekolah). Seperti yang kita ketahui pada dasarnya manusia di dunia ini akan mengalami berbagai masalah, baik permasalahan yang timbul dari dalam dirinya sendiri ataupun dari luar dirinya tanpa terkecuali juga masalah perencanaan masa depannya. Dalam hal ini anak-anak SD pun termasuk kedalamnya sehingga pelayanan bimbingan dan konseling-pun diperlukan di lingkungan sekolah dasar agar dapat membimbing anak untuk meyelesaikan permasalahan-permasalahannya.
Maka dari itu, pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling memiliki tujuan umum yang pada dasarnya sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri, karena bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari sistem pendidikan.
Dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Maka, layanan bimbingan dan konseling secara umum harus dikaitan dengan pengembangan sumber daya manusia yang memungkinkan peserta didik untuk mengenal lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan.
Berikut merupakan visi bimbingan dan konseling serta misi pendidikan:
Visi pelayanan bimbingan dan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan pengembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.

Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa depan. Misi pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah/madrasah, keluarga dan masyarakat. Misi pengentasan masalah yaitu memfasilitasi pengentasan masalah peserta didik mengacu pada  kehidupan efektif sehari-hari.
Dalam pelaksanaannya, bimbingan dan konseling harus memiliki prinsip-prinsip yang nyata sehingga pelaksanaanya akan terwujud lebih jelas. Menurut Depdiknas (2003:10) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling diantaranya mencakup:
1.      Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status social ekonomi.
2.      Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku yang unik dan dinamis
3.      Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu
4.      Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama pada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.

Selain itu juga diungkapkan beberapa prinsip serta asas bimbingan dan konseling. Prinsip bimbingan dan konseling berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan peserta didik, program pelayanan serta tujuan dan pelaksanaan layanan.
Asas bimbingan dan konseling terdiri dari asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan,keahlian, alih tangan kasus, dan tut wuri handayani.
            Pelaksanaan layanan bimbingan harus memenuhi fungsi-fungsi yang diantaranya yakni:
1.      Fungsi pemahaman
2.      Fungsi pencegahan
3.      Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, dan
4.      Fungsi advokasi (Th 2006)

B.           Layanan Bimbingan
Kerangka kerja layanan bimbingan dan konseling dikembangkan menjadi empat layanan utama, yakni Layanan dasar bimbingan yaitu layanan umum yang diperuntukan bagi semua murid. Layanan ini mengutamakan pada pengembangan perilaku dan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan tugas perkembangannya. Layanan ini juga disebut sebagai kurikulum bimbingan yang merupakan inti dari program bimbingan perkembangan. Tujuan dari layanan bimbingan ini adalah mengembangkan keterampilan dasar siswa untuk kehidupannya di masa yang akan datang.
Selain itu ada layanan responsive, yaitu layanan yang diarahkan pada upaya bantuan menyelesaian masalah siswa yang sedang dihadapi saat itu. Oleh karena itu layanan responsive mengandung layanan yang bersifat penanganan krisis, remediatif dan preventif. Preventif dengan memberikan intervene terhadap murid agar mereka terhindar dari pilihan yang tidak sehat atau membawa anak agar mampu menentukan pilihan pada situasi tertentu.
Selanjutnya layanan perencanaan individual yang didefinisikan Setiawati dan Chudari (2007) sebagai “jenis layanan yang membantu murid dalam membuat rencana pendidikan, karier dan social pribadinya.”
Terakhir layanan evaluasi dan tindak lanjut yakni berupa layanan penilaian untuk mengukur keberhasilan program bimbingan yang telah dilaksanakan.
Ada bebrapa jenis layanan bimbingan dan konseling diantaranya Orientasi, yakni pemberian layanan pengenalan bagi peserta didik untuk memahami lingkungan barunya yakni sekolah serta objek-objek yang dipelajari untuk menyesuaikan diri dan melakukan peranannya dilingkungan yang baru.  Informasi yakni layanan untuk membantu peserta didik menerima dan memahami informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan dan pendidikan lanjutan. Penempatan dan Penyaluran yakni layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat didalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan dan kegiatan ekstra kulikuler. Penguasaan Konten yaitu layanan yang diberikan pada peserta didik dalam membantu menguasai konten tertentu. Bimbingan dan Konseling Perorangan, yaitu layana yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya. Bimbingan Kelompok, yakni layanan yang membantu peserta didik dalam pengmbangkan pribadi, kemampuan hubungan social, kehiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok. Bimbingan dan Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam mengangani kondisi dan masalah peserta didik. Terakhir Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka. Sedangkan pada kegiatan pendukung ada yang disebut Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik test maupun nontest. Himpunan data, yakni kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komperhensif, terpadu dan bersifat rahasia. Konferensi kasus yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusu yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup. (Th. 2006)
Sementara untuk teknik atau strategi bimbingan, Juntika dalam Setiawati dan Chudari (2007) mengungkapkan beberapa macam teknik bimbingan yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan individu, diantaranya:
1.      Konseling Individual
2.      Konsultasi
3.      Nasihat
4.      Bimbingan kelompok
5.      Konseling kelompok
6.      Pengajaran remedial
7.      Mengajar bernuansa bimbingan

Pertama, konseling individual diartikan sebagai bantuan yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku individu.
Kedua, konsultasi yaitu suatu proses menyediakan teknis untuk guru, orangtua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektifitas siswa atau sekolah. Artinya layanan ini bukan layanan langsung yang ditujukan pada siwa melainkan layanan bantuan kepada siswa yang melalui bantuan dari oranglain.
Ketiga nasihat, yakni salah satu dari teknik bimbingan yang diberikan guru dalam rangka memberikan masukan-masukan guna membantu permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa.
Keempat bimbingan kelompok, yaitu teknik bimbingan yang diberikan secara berkelompok dalam rangka memberikan upaya pencegahan atau kesulita pada diri murid.
Kelima konseling kelompok, yakni teknik bimbingan upaya memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu.
Keenam pengajaran remedial, yakni:
Upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan murid atau kelompok muris tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehinga dapat memenuhi criteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang terencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif keadaan individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya. Abin syamsuddin(Setiawati dan Chudari 2007:32).
Terakhir mengajar bernuansa bimbingan, yakni pembelajaran yang diintegrasikan dengan kegiatan bimbingan, misalnya saat guru menyampaikan materi ia juga menyampaikan karakteristik bahan ajar, manfaat mempelajari materi yang diajarkan dan bagimana cara belajar yang baik.
Sementara untuk bidang pelayanan bimbingan dan konseling, diklasifikasikan ada empat pengembangan yakni:
1.    Pengembangan kehidupan pribadi
2.    Pengembangan kehidupan sosial
3.    Pengembangan kemampuan belajar
4.    Pengembangan karir
C.    Belajar dan Permasalahannya
         Banyak para ahli yang mendefinisikan seputar belajar, bahkan ketika mereka berusaha untuk mendefinisikannya-pun itu berarti mereka telah melakukan proses ‘belajar’ maka secara singkat pengertian belajar dapat dimaksudkan sebagai proses perubahan perilaku diri yang dilakukan secara sadar dan terencana guna mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu, ada ahli yang berpendapat bahwa “Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hail dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dalam lingkungan” (M.Surya, 1986). Maka inti utama dari pengertian belajar itu sendiri adalah ‘suatu proses perubahan perilaku’.
            Dalam pelaksanaannya, belajar bisa dilakukan di lembaga formal dan nonformal. Dalam lembaga formal misalnya sekolah sedangkan lembaga nonformal misalnya lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Di sekolah setiap peserta didik akan mendapatkan pendidikan dengan cara belajar, namun tidak semua anak akan mudah mencapai tujuan dan sasaran belajar dengan cepat dan tepat. Ketidakcepataan dan ketidak tepatan tersebut diakibatkan oleh hambatan-hambatan yang dialami siswa baik hambatan yang muncul dari intern (dalam diri siswa) maupun ekstern (luar diri siswa) yang mungkin muncul dari lingkungan sekitarnya. Hal tersebut disebut sebagai masalah-masalah belajar yang dihadapi oleh setiap peserta didik yang mana masalah dapat diartikan sebagai “ketidak sesuaian antara harapan dengan kenyataan” (Haryannie, 2010).
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno dalam Haryannie(2010) menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar. Masalah-masalah itu diklarifikasikan atas:
    1. masalah perkembangan jasmani dan kesehatan.
    2. masalah keluarga dan rumah tangga.
    3. masalah-masalah psikologis.
    4. masalah-masalah social.
    5. masalah kesulitan dalam belajar.
    6. masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya.
            Maka dari itu dilingkungan sekolah perlu diadakannya bimbingan belajar sebagai upaya penanganan masalah-masalah belajar tersebut. Sesuai dengan pendapat Setiawati & Chudari (2007)  yang mengemukakan bahwa:
Bimbingan belajar diartikan sebagai proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya.




DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdiknas
Setiawati & Chudari. (2007). Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI PRESS
Surya, M. (1986). Psikologi Pendidikan. Bandung: Offset IKIP Bandung
Suryannie. (2010). Masalah-masalah siswa di Sd. [online]. Tersedia: http://suryannie.wordpress.com/2010/11/27/masalah-masalah-siswa-di-sd/ [24 November 2011]
Th (2006). Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. [online]. Tersedia:http://www.scribd.com/doc/4100071/Layanan-Bimbingan-Konseling-di-Sekolah [24 November 2011]


2 komentar: